Selamat Datang

Belajar Teknologi Pertanian Iklim Kering merupakan blog untuk mendukung pembelajaran blended learning mata kuliah Aplikasi Teknologi Pertanian Berwawasan Iklim Kering bagi mahasiswa Faperta Undana. Blog sedang dalam pembuatan sehingga belum dapat menyediakan layanan secara penuh. Silahkan berkunjung kembali untuk memperoleh informasi mengenai fitur layanan dukungan pembelajaran yang diberikan melalui blog ini. Mohon berkenan menyampaikan komentar dengan mengklik tautan Post a Comment di bawah setiap tulisan.

Kamis, 16 Februari 2023

3.2. Kearifan Lokal NTT Mengenai Pertanian Lahan Kering: Keanekaragaman Hayati dan Ketahanan Hayati

Pada materi 3.1 kita sudah membahas mengenai kearifan lokal pertanian lahan kering NTT berkaitan dengan konservasi tanah dan air. Konservasi tanah dan air merupakan aspek yang sangat penting dalam pertanian lahan kering mengingat lahan merupakan aset pertanian yang sangat penting. Di dalam aset lahan tersebut, kesuburan tanah tanah dan ketersediaan air merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan keberhasilan budidaya tanaman. Pada materi 3.2 ini kita akan membahas aspek penting berikutnya, yaitu keanekaragaman hayati dan ketahanan hayati. Kita akan membahas materi ini dengan terlebih dahulu mendiskusikan apa itu keanekaragaman hayati dan ketahanan hayati, sebelum melanjutkan dengan memberikan contoh mengenai kearifan lokal yang berkaitan dengan keduanya.

3.2.1. MATERI KULIAH

3.2.1.1. Membaca Materi kuliah
Istilah keanekaragaman hayati merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Inggris biodiversity yang digunakan luas sejak KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil, pada 1992. KTT tersebut menghasilkan Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity, CBD). Istilah Bahasa Inggris biodiversity merupakan penggabungan dan pemendekan dari istilah biological diversity, yang digunakan di kalangan ilmiah. Keanekaragaman hayati merujuk kepada pengertian mengenai kehidupan yang bervariasi di bumi. Kehidupan dalam pengertian biologi dicirikan oleh kemampuan: (1) mengatur diri (homeostasis), (2) keterorganisasian (organization), (3) metabolisme (metabolism), (4) pertumbuhan (growth), (5) penyesuaian diri (adaptation), (6) tanggap terhadap rangsangan (stimuli), (7) perkembangbiakan (reproduksi), (8) berubah secara genetis dalam waktu (evolustion), dan (9) mempertahankan ciri khas (maintenance of distinctiveness). Dua ciri yang terakhir memungkinkan kehidupan beraneka-ragam secara genetik, jenis (spesies), dan ekosistem. Ketiga keanekaragaman ini masing-masing dikenal sebagai keanekaragaman genetik, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman akosistem yang keseluruhannya dikenal sebagai keanekaragaman hayati.

Ketahanan hayati merupakan terjemahan dari istilah dalam Bahasa Inggris biological security yang kemudian dipendekkan menjadi biosecurity. Dalam ekologi, kehidupan dicirikan oleh proses makan-memakan yang dikenal sebagai jejaring makanan (food web), proses bekerjasama (mualisme, mutualism) dan bersaing (competition), serta menyebar (biological dispersal) dan bermigrasi (ecological migration). Proses makan memakan memungkinkan organisme digolongkan sebagai produsen, herbivor, karnivor, herbivor, dan pengurai yang masing-masing saling bersaing dalam satu jenis yang sama maupun antar jenis yang berbeda dan menyebar. Untuk mencari makanan dan menghindari persaingan, organisme hidup menyebar dengan sendirinya maupun dengan perantaraan organisme lain, menimbulkan ancaman terhadap organisme lain di tempat sebarannya yang baru. Dari sudut pandang kepentingan manusia, penyebaran jenis-jenis organisme tertentu yang berbahaya menimbulkan ancaman yang merugikan. Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi risiko yang terjadi dari ancaman yang ditimbulkan oleh penyebaran organisme berbahaya tersebut dikenal sebagai ketahanan hayati. Dalam sektor pertanian, organisme berbahaya yang menimbulkan ancaman yang berisiko merugikan dikenal sebagai organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang terdiri atas golongan hama (pests), patogen (plant pathogens), dan gulma (weeds). Di antara golongan hama, patogen, dan gulma ini terdapat jenis-jenis yang berisiko menginvasi sehingga digolongkan sebagai jenis invasif (invasive species).

Pada pertanian lahan kering, kekeringan dan hujan yang tidak menentu merupakan risiko yang harus dihadapi oleh petani. Kekeringan (drought) merupakan keadaan lebih kering dari keadaan normal dalam periode tertentu sebagai akibat dari turunnya hujan yang tidak menentu. Jika kekeringan berlangsung lama maka terjadi kekeringan panjang. Namun kekeringan juga bisa terjadi dalam waktu singkat tetapi berbahaya bagi tanaman, yaitu kekeringan singkat setelah tanaman berkecambah yang dapat menyebabkan kematian tanaman. Dari pengalaman turun-temurun menghadapi pola iklim yang tidak menentu ini, petani lahan kering NTT mengembangkan kearifan menanam berbagai jenis tanaman bukan hanya dalam satu bidang lahan, melainkan dalam satu lubang tanam:
  1. Pada satu bidang lahan dibudidayakan beraneka jenis tanaman bahan pangan pokok. Tanaman bahan pangan pokok yang dibudidayakan terdiri atas kategori yang berbeda: aneka biji (grain crops) yang mencakup aneka serealia dan aneka non-serealia, aneka umbi (root crops), dan aneka buah. Contoh tanaman aneka biji serealia adalah jali (Coix lacryma-jobi), jawawut (Setaria italica), padi (Oryza sativa) yang pada awalnya dibudidayakan sebagai padi ladang, jagung (Zea mays), dan cantel (Sorghum bicolor), sedangkan aneka biji non-serealia adalah kacang uci/nasi (Vigna umbellata), kacang tunggak (Vigna unguiculata cultivar group unguiculata), kacang kratok (Phaseolus lunatus), kacang kara/komak (Lablab purpureus), kacang benguk/kara benguk (Mucuna pruriens), kacang gude/turis (Cajanus cajan), kacang parang (Canavalia ensiformis), kacang hijau (Vigna radiata), dan kacang tanah (Arachis hypogaea). Contoh tanaman aneka umbi adalah bengkuang (Pachyrhizus erosus), kecipir (Psopocarpus tetragonolobus), kudzu (Pueraria montana), ganyong (Cana discolor), suweg (Amorphophallus paeoniifolius), aneka ubi antara lain ubi kelapa (Dioscorea alata), ubi gembili (Dioscorea esculenta), ubi gembolo (Dioscorea bulbifera), ubi gadung (Discorea hispida), dan ubi pasir (Dioscorea pentaphylla), aneka talas antara lain talas (Colocasia esculenta), talas belitung (Xanthosoma sagittifolium), dan bira (Alocasia macrorrhizos), ubi jalar (Ipomoea batatas), dan ubi kayu (Manihot esculenta). Contoh tanaman aneka buah yang dibudidayakan sebagai bahan pangan pokok adalah sukun (Artocarpus altilis), labu kuning (Cucurbita moschata), pisang (banana) khususnya pisang dalam kelompok kultivar 'Saba' dalam kelompok kultivar ABB yang di dalamnya termasuk Pisang Kepok, Pisang Goreng, dan Pisang Rote, serta kelapa (Cocos nucifera), sedangkan yang diambil dari alam adalah siwalan/lontar (Borassus flabellifer), gebang/gewang (Corypha utan), dan aren/enau (Arenga pinnata). 
  2. Pada satu bidang lahan dibudidayakan beraneka jenis tanaman yang masing-masing berfungsi berbeda atau satu jenis tanaman dengan fungsi yang berbeda-beda. Pada satu lahan ladang tebas bakar di Pulau Timor biasanya dibudidayakan jagung, jenis aneka kacang, jenis aneka ubi, ubi kayu, dan jenis aneka talas. 
  3. Pada satu lubang tanam ditabur benih beberapa jenis tanaman. Pada sistem perladangan tebas bakar di Timor, praktik menanam dalam satu lubang diplesetkan sebagai salome (satu lobang rame-rame), terdiri atas lbenih tanaman jagung, kacang uci/nasi atau kacang tunggak, dan labu kuning.
Beragam jenis tanaman lokal tersebut di atas dapat dibaca pada buku Pemetaan Pangan Lokal di Pulau Sabu-Raijua, Rote-Ndao, Lembata, dan Daratan Timor Barat (Kabupaten Kupang dan TTS) (Mudita, 2013).

Membudidayakan jagung, aneka kacang, dan labu dalam satu bidang lahan atau bahkan dalam satu lubang tanam juga dilakukan di belahan dunia tempat asal tanaman jagung, jenis aneka kacang, dan labu, yaitu dilakukan oleh kelompok etnis asli di Amerika bagian Tengah. Di sana pembudidayaan ketiga jenis tanaman tersebut dikenal sebagai sistem tiga bersaudari (three sisters). Membudidayakan lebih dari satu tanaman dalam satu bidang lahan, lebih-lebih lagi dalam satu lubang tanam, yang secara umum dikenal sebagai budidaya campuran (mixed cropping, polyculture), tentu akan menyebabkan terjadinya persaingan antar jenis tanaman yang berbeda sehingga produksi setiap jenis tanaman akan lebih rendah daripada setiap jenis tanaman dibudidayakan secara monokultur (monocropping, monoculture). Namun petani lahan kering mentoleransi produksi yang lebih rendah, daripada menanam secara monokultur yang jika terjadi kekeringan atau hujan secara berlebihan yang dapat menyebabkan gagal panen. Selain itu, menanam jenis legum yang mampu menambat nitrogen, dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah, sedangkan menanam labu kuning dilakukan sebagai penutup tanah untuk menekan erosi dan pertumbuhan gulma. Kekeringan, tanah yang kurang subur, erosi, dan gulma merupakan penyebab utama gagal panen pada pertanian lahan kering. Dengan demikian, kearifan menanam secara merupakan semacam asuransi dalam menghadapi risiko gagal panen. Namun secara ekologis, kearifan lokal membudidayakan beraneka jenis tanaman ini merupakan kearifan menjaga keanekaragaman hayati, khususnya keanekaragaman hayati pertanian (agricultural biodiversity).

Selain kearifan menjaga keanekaragaman hayati, praktik membudidayakan beraneka jenis tanaman dalam satu bidang lahan dan dalam satu lubang tanam sebenarnya juga merupakan kearifan menjaga ketahanan hayati. Hujan yang tidak menentu (erratic rainfall) di wilayah lahan kering memungkinkan berbagai jenis organisme berbahaya dapat berkembang menjadi organisme hama, patogen tanaman yang menyebabkan penyakit mematikan, dan gulma dengan daya saing yang tinggi. Kelembaban yang tinggi selama musim hujan dapat mendorong berbagai organisme berbahaya berkembang menjadi hama, patogen tanaman, dan gulma yang sangat merusak dan merugikan. Dengan menanam beragam jenis tanaman maka bila salah satu tanaman dirusak oleh hama, patogen tanaman, atau gulma maka masih ada tanaman lain yang dapat dipanen. Berbagai jenis tanaman yang ditanam secara campuran juga menyediakan habitat yang dapat mendukung berbagai jenis organisme yang dapat menjadi musuh alami organisme hama dan organisme patogenik dan menghambat pertumbuhan gulma. Limpasan air hujan menghanyutkan biji gulma dari lahan berlereng dan menimbunnya bersama dengan sedimentasi erosi pada lahan datar di kaki lereng. Lahan datar di kaki lereng menjadi lebih subur, tetapi bersamaan dengan itu juga menjadi penuh dengan beraneka jenis gulma. Hal ini mendorong petani peladang tebas bakar lebih memilih lahan berlereng daripada lahan datar untuk membuka ladang tebas bakar. Untuk menjaga tanaman ladang tebas bakar dari dirusak oleh ternak yang dipelihara secara umbaran (free range) maka lahan perladangan tebas bakar perlu dipagari dengan menggunakan bermacam-macam bahan, mulai dari batu, batang kayu dan bambu, sampai dengan pelepah siwalan/lontar dan gebang/gewang, dengan menggunakan teknik tertentu yang khas di setiap daerah. 

Membudidayakan tanaman dengan sistem perladangan tebas bakar sebenarnya merupakan kearifan lokal untuk menjaga ketahanan hayati. Panas api pembakaran, selain dimaksudkan untuk mempermudah pembukaan lahan dan menghasilkan abu yang menyuburkan tanah, juga diharapkan dapat membunuh organisme hama, patogen, dan gulma sebelum lahan ditanami. Jenis organisme hama yang disasar terutama adalah semut dan rayap yang populasinya tinggi di lahan kering dan memakan benih. Panas api juga dimaksudkan untuk mematikan organisme patogenik bawaan tanah yang lazim menyebabkan penyakit rebah kecambah dan penyakit layu. Tentu saja panas api pembakaran akan mematikan biji beraneka jenis gulma yang di lahan kering banyak di antaranya merupakan benih dari jenis-jenis gulma berperakaran dalam dan dengan sosok berduri tajam sehingga akan menyulitkan penyiangan.

Mahasiswa Faperta Undana masih sangat sedikit yang meneliti mengenai keanekaragaman hayati dan ketahanan hayati pertanian lahan kering. Padahal meneliti keanekaragaman hayati dan ketahanan hayati tidak selalu harus dilakukan dengan melakukan percobaan yang memerlukan rancangan yang rumit. Penelitian keanekaragaman hayati tanaman lahan kering dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei (survey) atau metode pengamatan lapangan (field observation) pada lokasi di mana masih dipraktikkan perladangan tebas bakar:
  • Survei dilakukan dengan pengambilan sampel petani untuk diwawancarai dan sampel lahan perladangan untuk diamati jenis-jenis tanamannya di beberapa desa/kelurahan di suatu kecamatan;
  • Pengamatan lapangan dilakukan dengan memilih lokasi perladangan tebas bakar pada ketinggian tempat yang berbeda untuk diamati pertumbuhan dan/atau produksi jenis tanamannya selama musim tanam.
Penelitian ketahanan hayati pertanian lahan kering juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei atau metode pengamatan lapangan:
  • Survei dilakukan dengan mengambil sampel lahan perladangan tebas bakar untuk menentukan jenis-jenis hama, patogen, atau gulma dan kemudian mewawancarai petani yang melakukan perladangan untuk mengetahui cara untuk mengendalikan.
  • Pengamatan lapangan untuk mengamati perkembangan populasi OPT kategori atau jenis tertentu selama satu musim tanam dengan cara mengambil beberapa kebun untuk diamati secara berulang.
Dengan melakukan penelitian sebagaimana yang disebutkan di atas di daerah asal masing-masing, selain sebagai syarat menyelesaikan studi mereka, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kearifan lokal lahan kering di tempat asal masing-masing sekaligus memperkenalkannya ke dunia luar melalui publikasi hasil penelitian.

3.2.1.2. Mengunduh dan Membaca Pustaka
Silahkan mengunduh buku-buku perancangan percobaan dari Pustaka Daring dan membaca bab atau sub-bab yang berkaitan dengan prinsip perancangan percobaan. Untuk memperoleh informasi lebih lanjut, silahkan juga baca:
Mahasiswa wajib menyampaikan melalui Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas judul buku, judul bab buku, dan isi bab buku yang telah dibaca terkait dengan materi kuliah ini.


2.3.2. TUGAS KULIAH

2.3.2.1. Mendiskusikan dengan Cara Menyampaikan dan/atau Menanggapi Komentar
Setelah membaca materi kuliah, silahkan buat minimal satu pertanyaan dan atau komentar mengenai materi kuliah. Buat pertanyaan secara langsung tanpa perlu didahului dengan selamat pagi, selamat siang, dsb., sebab belum tentu akan dibaca pada jam sesuai dengan ucapan selamat yang diberikan. Ketik pertanyaan atau komentar secara singkat tetapi jelas, misalnya "Mohon menjelaskan apakah memperoleh pengetahuan dengan menggunakan pendekatan ilmiah mempunyai kelebihan dan kelemahan". Pertanyaan dan/atau komentar diharapkan ditanggapi oleh mahasiswa lainnya dan setiap mahasiswa wajib menanggapi minimal satu pertanyaan dan/atau komentar yang disampaikan oleh mahasiswa lainnya. Pertanyaan dan/atau komentar maupun tanggapannya disampaikan paling lambat pada Kamis, 9 Maret 2023 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

2.3.2.2. Mendiskusikan dengan Cara Membagikan Materi Kuliah
Setelah membaca materi kuliah, silahkan bagikan materi kuliah melalui media sosial yang dimiliki disertai dengan mencantumkan status tertentu, misalnya "Saya sekarang sudah tahu bahwa ternyata pengetahuan terdiri atas beberapa macam ... dst." Untuk membagikan lauar klik tombol Beranda dan kemudian klik tombol pembagian memalui media sosial dengan mengklik tombol media sosial yang tertera di sebelah kanan judul materi kuliah. Jika media sosial yang dimiliki tidak tersedia dalam ikon yang ditampilkan, klik ikon paling kanan untuk membuka ikon media sosial lainnya. Materi kuliah dibagikan paling lambat pada Kamis, 9 Maret 2023 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

2.3.2.3. Mengerjakan dan Melaporkan Tugas Projek
Silahkan mengerjakan tugas projek materi kuliah 3.1 ini dengan terlebih dahulu mengklik nama umum dan nama ilmiah untuk mengenali jenis-jenis tanaman lahan kering yang diberikan pada materi kuliah. Setelah benar-benar bisa mengenai jenis-jenis tanaman lahan kering tersebut, silahkan:
  • Mewawancarai minimal 3 orang petani perladangan tebas bakar untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Materi Kuliah 3.2 dan kemudian mengisikan jawaban langsung di dalam file yang sama
  • Mengukur koordinat LS dan BT serta elevasi (ketinggian) lokasi wawancara dengan menggunakan aplikasi GPS Data dari EXA Tools sebagaimana yang telah dilakukan ketika mengerjakan Projek Kuliah 3.1.
  • Mengambil foto setiap jenis tanaman yang ditemukan, kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT, dan pagar yang dibuat petani untuk melindungi tanaman dari ternak lepas dan kemudian mengunggah ke sub-folder Projek Kuliah 32 yang dibuat pada folder Kuliah Pertanian Lahan Kering yang sebelumnya telah dibuat ketika mengerjakan tugas Projek Kuliah 3.1.
Laporkan data hasil pengerjaan tugas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada saat memasukan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas. 

2.3.3. ADMINISTRASI PELAKSANAAN KULIAH

Untuk membuktikan telah melaksanakan perkuliahan daring materi kuliah ini, Anda wajib mengakses, menandatangani presensi, dan mengumpulkan tugas di situs SIADIKNONA. Sebagai cadangan, silahkan juga menandatangani daftar hadir dan memasukkan laporan melaksanakan kuliah dan mengerjakan tugas dengan mengklik tautan berikut ini: 
  1. Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Selasa, Sabtu, 9 Maret 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani, silahkan periksa untuk memastikan daftar hadir sudah ditandatangani;
  2. Menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-lambatnya pada Kamis, 14 Maret 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah memasukkan, silahkan periksa untuk memastikan laporan sudah masuk.
Mahasiswa yang tidak mengisi dan menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah dan tidak menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas akan ditetapkan sebagai tidak mengikuti perkuliahan.

***********
Hak cipta blog pada: I Wayan Mudita
Diterbitkan pertama kali pada 2 Maret 2023, belum pernah diperbarui.

Creative Commons License
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar